
Oleh Maysramo
Hentikan semua perdebatan. Datanglah ke Kalimantan Barat dan Provinsi Riau. Dua provinsi yang menghilang dalam kabut asap. Sekolah diliburkan, sejumlah penerbangan dibatalkan, denyut ekonomi melemah dan masyarakat huyung-huyung. Matahari? Entah kemana.
Doa tetaplah dipanjatkan, bermohon hujan segera datang. Mengguyur lidah api yang membakar dan mengurai kabut asap yang membuat jarak pandang tak lebih 50 meter. Pemerintah daerah kembali gagap dalam menangani. Tak ada status kedaruratan. Tak ada pula posko bencana asap di Puskemas. Ironisnya, malah bicara soal keinginan bertemu Presiden Joko Widodo untuk membahas Pemekaran Kapuas Raya.
Pemekaran Kapuas Raya bisa jadi penting sebagai wujud janji politik. Hanya saja, kondisi kabut asap yang kian mencemaskan, sangat jauh lebih penting dan mendesak untuk dicarikan jalan keluarnya. Bukan hanya berbicara ke media akan kapasitasnya sebagai kepala daerah yang terbatas.
Keluarlah ke jalan dan lihat, betapa jarak pandang terus memendek. Kondisinya kini bukan lagi mencemaskan, tapi sudah mengerikan. Kalbar seperti hilang dalam kabut asap.
Sejak Agustus, Kalimantan Today terus mengingatkan bahwa Kalbar memiliki titik api yang meningkat. Namun, jawaban yang diberikan justru sebaliknya. Ini bukan soal siapa kepala daerahnya, ini soal rakyat yang harus sesegera mungkin dicarikan solusinya.
Atau, ramaikan #SaveKalbar sebagaimana save-save an yang ramai digunakan dan menjadi trending topik, bukan kah ini memalukan. Tapi mau apalagi lagi, bila memang itu cara untuk memanggil masyarakat dunia untuk turut membantu. Sebab masyarakat dalam negeri lebih sibuk menyelamatkan kursi kekuasaannya. (Pontianak, 15 September 2019)