KALIMANTAN TODAY, PONTIANAK– Bupati Landak Karolin Margret Natasa menghadiri sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN Pasti) Tahun 2021-2024 Provinsi Kalimantan Barat yang dihadiri oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Hasto Wardoyo dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan serta diikuti bupati dan walikota se-Kalimantan Barat, yang bertempat di Hote Mercure Pontianak, senin (14/03/22).
Bupati Landak Karolin Margret Natasa dalam konferensi pers mengatakan bahwa pada tahun 2021 Pemerintah Kabupaten Landak melakukan penelitian tentang stunting di 3 kecamatan yang memiliki angka kasus stanting paling tinggi di Kabupaten Landak, penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya kasus stunting yang terjadi di Kabupaten Landak.
“Dari hasil penelitian tersebut salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang stunting seperti inisiasi menyusui dini belum bagus, ibunya menyusui tapi belum ekslusif, kemudian bayi diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) terlalu cepat bahkan usia 1 bulan sudah diberi MP ASI. Jadi bukan hanya masalah ekonomi saja tetapi pengetahuan ibu menjadi sangat penting dalam pemberantasan stunting,” ucap Karolin.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Landak Angka Kelangsungan Hidup Bayi per 1000 Kelahiran hidup (KH) tahun 2020 94,34 persen meningkat menjadi 95,39 persen ditahun 2021, dengan jumlah kematian bayi 34 jiwa ditahun 2020 turun menjadi 27 jiwa ditahun 2021, sedangkan jumlah lahir hidup 6.005 pada tahun 2020 turun menjadi 5.859 ditahun 2021.
Bupati Karolin menjelaskan dalam upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Landak salah satunya adalah peran para nenek dalam upaya mempengaruhi keputusan ibu dan tindakan ibu terhadap pola asuh bayi maupun balita.
“Kalau Kami di Kabupaten Landak, komponen yang penting untuk mencegah stunting serta bisa mempengaruhi keputusan ibu dan tindakan ibu adalah nenek. Jadi ditahun 2022 ini kami akan menggandeng para neneknya, karena ternyata ketika dilakukan penelitian bahwa nenek itu punya peranan penting dalam mengasuh cucunya, ini mungkin dalam budaya atau kultur lokal,” terang Karolin. (*)