Dalam survei yang diluncurkan oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia, Kota Pontianak menjadi kota yang tidak layak huni. Penilaian ini dilakukan oleh warganya sendiri.
“Pontianak dan Medan konsisten menempati urutan bawah. Makassar kota metropolitan dan perekonomian makin maju ternyata malah menurun,” ungkap Ketua Kompartemen Livable City IAP, Elkana Catur ketika launching MLCI 2017 dan Planning Outlook 2018 di Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Dalam kesempatan tersebut, IAP meluncurkan indeks kota layak huni dan kota tidak layak huni di Indonesia selama tahun 2017.
Selain Pontianak sebesar 62,0 persen, kota yang tidak layak huni lainnya yaitu Depok sebesar 61,8 persen, Mataram 61,6 persen, Tangerang 61,1 persen, Banda Aceh 60,9 persen, Pekanbaru 57,8 persen, Samarinda 56,9 persen, Bandar Lampung 56,4 persen, Medan 56,2 persen dan Makassar 55,7 persen.
Elkana menilai, ada lima aspek terbawah yang paling dirasa kurang oleh masyarakat adalah ketersediaan transportasi, keselamatan, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi pembangunan dan partisipasi masyarakat.
“Sekarang ini sebenarnya banyak warga berharap bisa dilibatkan lebih luas dalam proses pembangunan. Ini perlu diperhatikan,” ujarnya.
Hasil survei juga terungkap jika aspek ketercukupan pangan dan fasilitas peribadatan serta pelayanan keagamaan dari sebuah kota menjadi aspek paling memuaskan bagi masyarakat dengan presentase mencapai 76 persen.
Aspek ketiga yang dirasa cukup membuat masyarakat Indonesia merasa nyaman tinggal di kotanya yaitu pengelolaan air bersih, angkanya mencapai 75 persen.
“Fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan juga menjadi poin plus masyarakat merasa nyaman hidup di kotanya, kedua angkanya sama yaitu 71 persen.
Sedangkan untuk kota layak huni, Solo terpilih menjadi kota yang memiliki nilai paling tinggi dan konsisten bagi warganya.
Berdasarkan data kota layak huni, pada tahun 2017 indeks kota layak huni Solo mencapai 66,9 persen meskipun angka tersebut turun dari semula 69,38 persen pada 2014.
Selain Solo, ada enam kota lain yang masuk ke dalam top tier city, yakni kota dengan nilai index livability di atas rata-rata.
Keenam kota tersebut yakni Palembang (66,6 persen), Balikpapan (65,8), Denpasar (65,5 persen), Semarang (65,4 persen), Tangerang Selatan (65,4 persen) dan Banjarmasin (65,1 persen).
“Solo dan Balikpapan adalah kota yang konsisten sebagai Top Cities. Kota Solo adalah kota yang memiliki indeks tertinggi disusul dengan Balikpapan dan kota lainnya,” kata Elkana.
Indeks tersebut disusun berdasarkan hasil survei yang digelar di 26 kota dan 19 provinsi.
Masing-masing kota diwakili oleh 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut.
Tingkat kesalahan dari survei ini sebesar 95% survei dengan menggunakan metode kuisioner skala likert. (rilis id)