
Oleh: Bayu, M.Pd
DALAM dunia pendidikan, kegiatan sekolah tidak hanya sebatas belajar di dalam kelas. Ada tiga jalur kegiatan utama yang dirancang untuk membentuk karakter dan kemampuan siswa secara utuh, yaitu: intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Sayangnya, ketiganya seringkali disalahpahami bahkan disepelekan oleh sebagian orang tua maupun masyarakat.
Intrakurikuler adalah kegiatan inti yang berlangsung selama jam pelajaran. Di sinilah siswa belajar ilmu pengetahuan, agama, nilai kebangsaan, hingga kedisiplinan melalui kegiatan seperti pembelajaran di kelas, upacara, senam pagi, dan kegiatan keagamaan. Kegiatan ini wajib dan menjadi dasar kurikulum nasional.
Berikutnya, ada kokurikuler. Ini adalah kegiatan yang mendukung pembelajaran di kelas, biasanya berupa proyek atau pengalaman langsung yang memperdalam materi pelajaran. Contohnya seperti studi lapangan, diskusi kelas, atau pembuatan karya tulis. Kegiatan ini membantu siswa berpikir kritis, kreatif, dan mampu mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata.
Terakhir, ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran yang bersifat pilihan. Kegiatan ini memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat, seperti melalui pramuka, paskibra, seni tari, klub bahasa, atau olimpiade. Meski tidak wajib, ekstrakurikuler sangat penting untuk membentuk karakter, keterampilan sosial, dan rasa percaya diri anak.
Penting bagi kita baik sebagai orang tua, pendidik, maupun pemangku kebijakan untuk memahami peran masing-masing kegiatan ini. Ketiganya bukan pilihan, melainkan satu kesatuan yang mendukung tumbuh kembang siswa secara menyeluruh: cerdas secara intelektual, tangguh secara mental, dan kaya akan nilai-nilai sosial.
Maka dari itu, mari dukung anak-anak kita untuk aktif tidak hanya dalam pelajaran, tetapi juga dalam berbagai kegiatan penunjang dan pengembangan diri. Sekolah bukan hanya tempat menghafal pelajaran, tapi tempat menempa karakter dan masa depan.
Penulis adalah Dosen Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas (UNISSAS)