
KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Sanggau menggelar Gerakan Tanam (Gertam) cabai serentak, Kamis (05/06/2025) di kebun TP PKK Kabupaten Sanggau di kawasan perkantoran Sabang Merah, Kelurahan Bunut.
Gerakan yang dipimpin Ketua TP PKK Kabupaten Sanggau, Yohana Kusbariah Ontot itu dihadiri Pj. Sekda Sanggau, Aswin Khatib, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (DKPTPHP) Sanggau Kubin dan perwakilan Forkopimda.
Di temui usai menanam cabai, Kusbariah mengatakan gerakan tersebut sebagai salah satu upaya mengendalikan inflasi. Fluktuasi harga cabai di pasaran yang tinggi berpengaruh pada daya beli masyarakat.
“Harga cabai di pasar mahal. Sesuai dengan arahan Ketua TP PKK Kalbar, mengharuskan untuk setiap 14 kabupaten/kota mengikuti gerakan menanam cabai. Begitu juga kecamatan, desa sampai ke RT mengikuti gerakan menanam cabai. Khususnya di Kabupaten Sanggau serentak,” kata Kusbariah.
Tak hanya tingkat kecamatan, desa dan RT, ia mengungkapkan sudah ada arahan dari Pj. Sekda agar setiap OPD juga ikut menanam cabai.
Hal tersebut dibenarkan Pj. Sekda Aswin Khatib. Ke depan, ia meminta seluruh OPD di Kabupaten Sanggau menanam cabai. Minimal di halaman kantor OPD. Hal ini, kata dia, agar bisa menular ke masyarakat.
“Kita harapkan dari tanam cabai yang dilakukan TP PKK ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada masyarakat atau kepala keluarga untuk menanam cabai. Gerakan tanam cabai ini secara massal ini bisa menekan harga cabai,” ungkap Khatib.
Kepala DKPTPH Sangau, Kubin menyebut produksi cabai di Kabupaten Sanggau sebesar 980 ton per tahun. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan masyarakat Sanggau yang mencapai 15 ton per tahun.
“Pemerintah pusat menginstruksikan Pemprov untuk gerakan menanam cabai. Kami di BPP diperintahkan pak Bupati (menanam, red) minimal lima hektar. Tapi data kami ada sembilan hektar. Semuanya sudah berproduksi,” ungkap Kubin.
Ia menilai fluktuasi harga cabai di Kabupaten Sanggau terjadi tidak terlalu lama. Itu terkait dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Kemudian di kampung-kampung mau gawai. Beda ketika di pusat kota yang penduduk cenderung banyak, kebutuhan cabainya agak tinggi. Kalu di kampung-kampung kan tidak tinggi,” sebutnya. (Ram)