Selasa , 30 April 2024
Home / NEWS / Cornelis Politisi Lintas Keragaman

Cornelis Politisi Lintas Keragaman

Drs Cornelis MH

 

Penulis: Abdul Mukti

SEMANGAT pengabdiannya terus menyala. Kematangannya di politik menjadikannya terus menyapa konstituennya di pelosok-pelosok desa di dapil satu Kalimantan Barat untuk meneruskan tugas-tugas kerakyatan yang belum tuntas. ia terus menyapa kelompok-kelompok marhaenis: petani, nelayan dan kaum buruh.

Kepribadiannya yang rileks, tegas, dan apa adanya menjadikan rakyat bawah merasa memiliki sebagai pengayom dan pengasuh dari banyak keinginan dan kebutuhan masyarakat. Tak ayal lagi, ia hadir sebagai politisi dan anggota parlemen yang  tidak hanya  bisa berbicara.

Ia lebih dikenali sebagai sosok yang konkrit dan mencontohkan sebelum memerintah. Maka tidak heran, pada pileg tahun 2019, ia mengumpulkan suara 285.797, tertinggi kedua nasional setelah Puan Maharani.

Suaranya melesat jauh meninggalkan para caleg lainnya di Kalbar seperti nama-nama besar lainnya: Maman Abdurrahman, S.T. (108.520), Syarif Abdullah Alkadrie, SH., MH (75.188), Daniel Johan (56.335).

Kini mereka ikut berlaga kembali untuk merebut kursi DPR RI di dapil Kalbar 1 dari 8 kursi yang tersedia dengan 2.667.291 daftar pemilih tetap (DPT). Apakah mereka akan tetap melenggang ke Senayan setelah lima tahun berkinerja? Masih harus menunggu 14 Pebruari mendatang.

Di Kabupaten Landak yang menjadi basis suara Cornelis, yang kini ber-DPT  286.610, keberadannya sudah menjadi “ayah kandung” bagi masyarakat Landak bahkan sejak ia menjabat sebagai Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.

Kediamannya di Landak  sudah seperti rumah rakyat masyarakat Landak. Tidak hanya  masyarakat Dayak yang non Muslim yang bergerak merapat ke Cornelis.

Tetapi masyarakat Muslim di Kabupaten Landak menjadikannya sebagai orang tua sendiri. Maka tidak heran, dari sembilan kabupaten-kota di dapil 1 Kalbar, ia banyak mengumpulkan suara sebanyak 113.398.  Artinya, Cornelis dapat merebut 50 persen hati rakyat masyarakat Kabupaten Landak.

Cornelis tidak hanya milik masyarakat Dayak. Ia telah lama menjadi tokoh lintas agama dan generasi. Ia telah lama menyadari bahwa menjadi pimpinan daerah berarti menjadi pimpinan untuk semua kalangan dan golongan.

Bagi mereka yang sempat menyaksikan tempat-tempat ibadah di Kota Pontianak, banyak bangunan megah rumah ibadah hasil dari kebijakannya saat ia menjadi Gubernur Kalbar dua periode (2008-2012) dan (2013-2018).

Ia juga berjasa dalam mendirikan kampus Universitas Nahdaltul Ulama  (UNU) di daerah Parit Geraba Kabupaten Kuburaya bersama sekretaris daerah Dr. M. Zeet Assovie, MTM yang kebetulan sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Kalimantan Barat pada saat itu. Kini UNU sudah berjalan sembilan tahun di bawah kepemimpinan Dr. Rachmat Sahputra, M.Si.

Kematangan dan Pengalaman

SALAH SATU keunggulan Cornelis sebagai Caleg DPR RI dari PDIP Dapil 1 Kalbar adalah pengalaman dan kematangannya. Tetapi diantara yang terasa oleh masyarakat adalah kehadirannya dan tindakannya yang konkrit.

Modal inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh masyarakat di bawah. Sebagai msyarakat tradisional yang cenderung ber-patron-clien, kehangatan hubungan dibutuhkan untuk membangun relasi sosial yang konkrit.

Keteladanan tindakan dalam benak pikiran dan perasaan masyarakat jauh lebih menggema dibandingkan dengan membacakan visi-misi yang kadang terlalu konseptual dan abstrak dengan bungkusan retorika janji-janji politik.

Cornelis, dengan pengalaman dan kematangannya mengerti betul bagaimana membersamai rakyat di dapilnya.

Tokoh Lintas Keragaman

MEMANG, Cornelis adalah tokoh Dayak Kalimantan yang populer tidak hanya di bumi Kalimantan dan nasional. Tetapi kehadirannya sebagai politisi, ia telah melampaui komunitasnya sendiri.

Ia hadir sebagai tokoh bagi banyak kalangan: agama, suku, ras, dan golongan. Dalam politik, seringkali yang terjadi adalah objektiviasi yaitu bagaimana melakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan real tanpa melihat latar belakang.

Artinya, “politik aliran” yang bersumber dari perbedaan latar belakang agama, ras, suku, dan golongan bukanlah faktor utama dalam relasi pemimpin dan yang dipimpin. Latar belekang seseorang bersifat given (terberi) yang tidak bisa berubah. Sedangkan realitas masyarakat menghendaki komitmen bersama yang harus diatasi secara objektif dengan tanpa menghubungkannya dengan latar belakang.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, seorang tokoh harus berhasil mentransformasikan dirinya dari asal-usul agama, ras, suku, dan golongan menjadi  Indonesia: Bhineka Tunggal Ika.

Kini, ia sedang berjibaku kembali untuk menerima mandat rakyat untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat Kalbar khususnya di daerah pemilihan Kalimantan Barat 1: Sambas, Singkawang, Mempawah, Bengkayang, Landak, Ketapang, Kayong Utara, Pontianak, Kuburaya.

Apakah ia masih akan berjaya menjadi pengumpul suara terabnyak nomor satu di Kalbar dan nomor dua se-Indonesia. Kita masih menunggu nasib baik dan “garis tangan” pada tanggal 14 Pebruari 2024 mendatang. Selamat berjuang Pak Cornelis. Satyam Eva Jayate (kebenaran pasti menang).

(Abdul Mukti merupakan Dosen IAIN Pontianak, peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Konten ini telah tayang di Kompasiana dengan judul Cornelis Politisi Lintas Keragaman)

 

 

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Terima Penghargaan, Pj Bupati Sanggau: Motivasi Memberikan Pelayanan Terbaik

  KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Pemerintah Kabupaten Sanggau kembali meraih prestasi. Kali ini dalam pembmangunan terbaik tingkat …