
KALIMANTANTODAY, SANGGAU. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Sanggau menurun. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Sanggau, Ginting melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Stepanus Jonedi di acara Pertemuan Verifikasi dan Analisa data aplikasi Maternal Perinatal Death Notifikacion (MPDN) serta penerapan Audit Maternal Perinatal Surveilen dan Respon (AMPSR), Selasa (11/11/2025).
Sebagai perbandingan Tahun 2023 AKI 158/100.000 KH (11 Kasus) dengan target nasional AKI 194/100.000 KH . Pada tahun 2024 AKI 155/100.000 KH (14 Kasus) dengan target nasional 183/100.000KH. Sedangkan di tahun 2025 sampai dengan Oktober AKI Kab Sanggau 78,79/100.00 KH ( 7 Kasus) dengan target nasional 122/100.00 KH.
“Sedangkan AKB Tahun 2023 sebanyak 7,48/1000 KH (52 kasus) dengan target nasional17,6/1000KH. Tahun 2024 AKB 6,22/1000 KH (56 Kasus) dengan target nasional 16/1000 KH. Tahun 2025 sampaiOktober3,60/1000 KH (32 Kasus) dengan target Nasional 12/1000 KH,” kata Stepanus Jonedi.
Step, sapaan Stepanus Jonedi mengatakan, AKI dan AKB merupakan indikator kesehatan suatu negara. Menurut WHO, lanjut dia, kematian ibu adalah kematian seorang perempuan akibat proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik, abortus dan abortus mola), persalinan dan masa nifas (kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan), tanpa melihat usia gestasi, yang bukan kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.
“Sedangkan kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah meninggalnya bayi yang berusia di bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran yang terjadi dalam kurun satu tahun. Angka ini kerap digunakan sebagai acuan untuk menilai baik-buruknya kondisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan di suatu negara,” jelasnya.
Berdasarkan data yang ada, kata Step, AKI dan AKB Kabupaten Sanggau dalam tiga tahun terakhir 2023-2025 masih di bawah target Nasional, namun menunjukkan angka penurunan yang belum stabil.
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB terus dilakukan. Step mengatakan setiap ibu harus mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana (KB) termasuk KB pasca persalinan.
“Upaya penurunan AKI dan AKB juga perlu peningkatan mutu pelayanan Kesehatan ibu dan bayi dengan penerapan Audit Maternal Perinatal Surveilen dan Respon (AMPSR),” pungkas Step. (Ram/Promkes Dinkes Sanggau)
Kalimantan Today Tajam | Terpecaya