
*Oleh: Paulus, S.Sos.
Saat ini, kita hidup dalam era digital yang membuat gadget (HP, tablet, dll) menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, termasuk bagi anak-anak dan pelajar. Fenomena ini adalah pisau bermata dua: di satu sisi membuka akses belajar dan kreativitas, namun di sisi lain membawa risiko besar bagi perkembangan karakter dan kesehatan mental anak.
Gadget memang memiliki sisi positif. Anak-anak dapat belajar secara mandiri melalui video edukasi, mengikuti kelas daring, bahkan mengembangkan minat di bidang teknologi dan desain. Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan, penggunaan gadget lebih banyak diarahkan untuk bermain game dan mengakses media sosial tanpa kontrol.
Dampaknya sangat terasa: anak-anak menjadi lebih sulit fokus belajar, malas membaca, kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan bahkan rentan mengalami gangguan kecemasan atau kecanduan layar. Tak jarang, gadget justru menjadi sumber konflik di rumah, karena anak lebih memilih berlama-lama dengan ponsel daripada berkomunikasi dengan orang tua.
Saya percaya solusinya bukan dengan melarang, tetapi dengan mengatur dan mendampingi. Orang tua perlu hadir sebagai pendamping digital anak, dan sekolah harus memperkuat pendidikan karakter serta literasi digital. Pemerintah juga perlu terlibat aktif melalui regulasi, penyuluhan parenting digital, serta penyediaan akses internet yang sehat dan aman untuk anak.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa gadget bukan sekadar alat hiburan, tetapi cerminan arah masa depan generasi. Jika tidak disikapi dengan bijak, kita berisiko kehilangan generasi yang seharusnya menjadi harapan bangsa.
*(Penulis adalah Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sanggau)