Kamis , 18 April 2024
Home / BENGKAYANG / Ritual Ngahap Paniu, Penghormatan Terhadap Roh Leluhur Yang Berjuang di Masa Ngayau

Ritual Ngahap Paniu, Penghormatan Terhadap Roh Leluhur Yang Berjuang di Masa Ngayau

FOTO–Proses Ritual Adat Ngahap Paniu

 

 

KALIMANTAN TODAY, BENGKAYANG – Masyarakat Sub Suku Dayak Bakati, di Kampung Baremada Binua Lumar, Desa Lamolda, Kecamatan Lumar, Kabupaten Bengkayang mengadakan ritual khusus Ngahap Paniu Lingak di tempat Panyungu (Pantak), pada Jumat (29/4/2022). Ritual Ngahap Paniu sendiri dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai wujud penghormatan wajib dan hanya bisa dilakukan saat mendapat pesanan melalui bisikan roh leluhur.

Salah satu Tokoh Masyarakat setempat, Mardirius Lope menjelaskan, bahwa ritual Ngahap Paniu merupakan giat adat yang sangat sakral yang tidak bisa ditentukan seperti ritual adat lainnya. Dimana kata dia, ritual ini adalah adat penghormatan terhadap roh dan peninggalan leluhur yang berjuang dalam meraih kemenangan di masa lampau (masa Ngayau).

“Setelah prosesi ritual di halaman kampung, masyarakat Kampung Baremada berjalan kaki menuju Pantak Sakral. Itu jarak tempuh kurang lebih 2 Kilometer, dengan dipimpin oleh tetua adat,” ucapnya.

Sementara terkait pelaksanaan ritual berdasarkan pesanan atau lewat bisikan roh leluhur yang dibisikkan melalui warga yang tergolong masih keturunan leluhur tersebut. Dia mengungkapkan, bahwa hal itu bisa terjadi melalui mimpi atau roh yang memasuki jiwa siapapun dari masyarakat yang merupakan satu keturunan.

“Pada saat pelaksanaan, beberapa sesajian pendukung ritual adat tariu juga jadi hal yang wajib disuguhkan. Seperti yang utama, diantaranya Tangkin sebagai alat perang mengayau yang merupakan peninggalan nenek moyang,” terangnya.

“Selain itu kita juga meletakkan kepala tengkorak yang merupakan peninggalan hasil mengayau, tayok yang berbahan dasar tepung campur kunyit, telur, bawang, kucai, sungke, cucur, amping sagon, poe salikat, gula madu, sipa, sengkotop, atau biama. Semua harus serba memenuhi angka tujuh,” timpalnya.

Setelah pelaksanaan ritual adat di Pantak selesai dilakukan, lanjutnya, masyarakat diperbolehkan pulang dan seluruh rumah di kampung juga turut dibersihkan dan di cuci menggunakan air tawar. Rumah tersebut nantinya diharapkan memberikan kedamaian dan dipenuhi dijauhkan dari segala sakit penyakit.

“Selain itu masyarakat Dayak Bakati Benua Lumar juga diminta untuk mematuhi pantangan setelah ritual. Yakni tak boleh beraktivitas selama sembilan hari bagi pemilik rumah yang menyelenggarakan adat, dan tujuh hari (tak boleh beraktivitas) bagi warga pendatang atau warga kampung,” ungkapnya.

Lebih jauh, dirinya juga berharap agar ritual adat semacam ini bisa terus dilestarikan secara terus menerus hingga ke generasi penerus, secara estafet. Ini dilakukan sebagai komitmen untuk mempertahankan tradisi adat peninggalan leluhur.

“Ritual ini kita harapkan juga dapat menjadi simbol dan identitas suku dayak, khususnya Dayak Bakati Benua Lumar,” pungkasnya. (Titi).

Tentang Kalimantan Today

Cek Juga

Bupati Kapuas Hulu Sebut Bangga Jadi Tuan Rumah MTQ Tingkat Provinsi Kalbar Tahun 2025

  KALIMANTAN TODAY, KAPUAS HULU – Kabupaten Kapuas Hulu akan menjadi tuan rumah pada ajang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *